IMPLEMENTASI
BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR
MATA
PELAJARAN MATEMATIKASISWA KELAS
X SMA NEGERI I TEGALALANG
TAHUN
AJARAN 2011/2012
Disusun
Oleh:
I
DEWA GEDE SUARBAWA
NIM
: 2009.I.I.005
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP)
PGRI BALI
DENPASAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia
pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan
mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha
sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di
berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi
serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi,
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus
menguasai teknik-teknik atau metode
mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan
perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru
dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih
metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung
pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk
menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun
pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan,
sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan.
Belajar matematika memerlukan
keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang
diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan
sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan
inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa memuaskan.
Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau
bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan
keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka
dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan
belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan uraian
sebelumnya maka
penulis ingin
memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai
alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, karena kelas
dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus
menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan
prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa
untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada
saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja
sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran matematika siswa kelas X SMA Negeri I Tegalalang.
3.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas X SMA
Negeri I Tegalalang dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.
Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat,
diantaranya bagi:
a.
Guru
1.
Meningkatkan
efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran di kelas.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru
untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan yang
lain.
b. Siswa
1.
Menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2.
Mengatasi
kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Melatih siswa siswa berkolaborasi
dengan siswa lain.
c.
Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada Bab II akan
diuraikan : (1) Kajian Teori, (2) Kerangka Berfikir, (3) Rumusan Hipotesis
1.
Kajian
Teori
1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama
lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan
tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya
haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas
segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi
atau diberikan hadiah atau penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Ibrahim, 2000):
a.
siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.
kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.
bilamana
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda.
d.
penghargaan
lebih berorientasi kelompok daripada individu.
1.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran
ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa
kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting
dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Tujuan
penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat
dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).
1.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6
langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan
penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar.
Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase
terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif nampak pada Tabel 2.1 berikut (Corebima dkk., 2002):
Tabel
. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase
2
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa
Ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase
4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Fase
5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase
6
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (student
Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa dimana setiap
minggu guru menggunakan
presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota
tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan
diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi
kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru
meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis
ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil),
sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu
diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu
dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara
individual dan hasil kolektif.
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang
diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan
konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk
menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang
menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat
menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu
hasil kelompok (Corebima dkk., 2002).
2.
Kerangka
Berfikir
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran
kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut
seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran
ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Berdasarkan
paparan tersebut diatas, dapat juga diduga bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika SMA Negeri I
Tegalalang tahun ajaran 2011/2012.
3.
Rumusan
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara
terhadap suatu masalah, dimana dengan itu mungkin benar atau salah. Hal ini
perlu dibuktikan dengan data lapangan. Walaupun bersifat dugaan, tetapi
hipotesis tidak boleh diajukan sembarangan saja, perlu dasar-dasar yang kuat
untuk penganjurannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan atau dugaan sementara yang
belum diakui kebenarannya.
Jadi hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
terutama pada mata pelajaran Matematika.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
1.
Observasi
Awal
Kegiatan
observasi awal bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul yaitu
dengan mengidentifikasi anak-anak yang tingkat motivasi belajarnya rendah.
Sehingga kemudian dapat ditentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.
Rencana
Tindakan
Rencana tindakan
direncanakan dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari
dua kali pertemuan, sehingga dalam dua siklus aka nada empat kali pertemuan.
Tahap pelaksanaan tindakan dalam tiap siklus akan meliputi empat kegiatan pokok
yaitu:
a. Rencana
tindakan
b. Pelaksanaan
tindakan
c. Observasi/evaluasi
tindakan
d. Refleksi
3.
Pelaksanaan
Tindakan
a.
Perencanaan
Dalam
perencanaan ini hal-hal yang dilakukan adalah :
1) Permohonan
ijin penelitian yang diajukan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tegalalang
dengan membawa surat pengantar dari rector IKIP PGRI BALI.
2) Mengidentifikasi siswa yang memiliki
penyesuaian diri rendah.
3) Menyusun materi bimbingan.
4) Membuat RPBK yang dipergunakan sebagai pedoman
dalam pembelajaran.
5) Menyusun
pedoman observasi untuk memantau pelaksanaan.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan penelitian merupakan tindakan lanjutan dari perencanaan. Pelaksanaan
tindakan dilakukan dengan menerapkan rencana kerja yang telah disusun yaitu:
1) Menginformasikan
rencana kegiatan kepada siswa.
2) Memberikan
uraian singkat tentang materi penyesuaian diri.
3) Pembentukan
kelompok belajar siswa.
4) Melaksanakan pembelajaran dengan teknik
diskusi kelompok sesuai dengan rencana
pembelajaran.
5) Membimbing
siswa mengadakan diskusi kelompok masing-masing untuk memecahkan masalah yang
diberikan.
6) Mencatat
hasil diskusi dan kelemahan-kelemahan agar dapat dibuat rencana yang lebih baik
pada putaran berikutnya.
7) Memantau jalannya diskusi kelompok dengan
lembaran observasi.
c.
Observasi/evaluasi tindakan
Observasi
dilakukan selama proses bimbingan konseling berlangsung untuk mengetahui
pelaksanaan bimbingan yang telah direncanakan apakah sudah dapat berjalan
dengan efektif atau belum dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi
selama pelaksanaan berlangsung. Untuk itu akan dipersiapkan pedoman untuk
observasi.
Hasil
dari pelaksanaan dalam bentuk pengamatan lapangan ini kemudian akan diadakan
evaluasi dengan membandingkan kemampuan menyesuaikan diri dengan anggota
kelompoknya dalam mengikuti diskusi kelompok sebelum dan sesudah tindakan.
d.
Refleksi
Refleksi
dilakukan dengan menganalisis hasil pemantauan dan evaluasi dalam usaha melihat
hambatan-hambatan yang terjadi. Dari proses refleksi dapat diperoleh hasil
tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan dan merencanakan tindakan
berikutnya.
Untuk
dapat mengukur tingkat keberasilan siswa dalam memahami konsep materi bimbingan
,maka akan dilakukan pengamatan terhadap penyesuaian diri siswa.