Rabu, 25 Januari 2012

proposal BK


IMPLEMENTASI BIMBINGAN BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN MATEMATIKASISWA KELAS
 X SMA NEGERI I TEGALALANG
TAHUN AJARAN 2011/2012


IKIP












Disusun Oleh:
I DEWA GEDE SUARBAWA
NIM : 2009.I.I.005





JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP) PGRI BALI
DENPASAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik  atau metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.
Belajar matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan. 
Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
 Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student  Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas X SMA Negeri I Tegalalang.

3.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas X SMA Negeri I Tegalalang dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4.      Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:
a.       Guru
1.      Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.      Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
3.      Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan yang lain.
b.      Siswa
1.      Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2.      Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3.      Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.
c.       Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas.








BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada Bab II akan diuraikan : (1) Kajian Teori, (2) Kerangka Berfikir, (3) Rumusan Hipotesis

1.      Kajian Teori
1.1  Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):
a.       siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.      kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.       bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d.      penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.



1.2  Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).

1.3  Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif  nampak pada Tabel 2.1 berikut (Corebima dkk., 2002):
Tabel . Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
Ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

1.4  Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan  pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok (Corebima dkk., 2002).

2.      Kerangka Berfikir
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Berdasarkan paparan tersebut diatas, dapat juga diduga bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika SMA Negeri I Tegalalang tahun ajaran 2011/2012.



3.      Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu masalah, dimana dengan itu mungkin benar atau salah. Hal ini perlu dibuktikan dengan data lapangan. Walaupun bersifat dugaan, tetapi hipotesis tidak boleh diajukan sembarangan saja, perlu dasar-dasar yang kuat untuk penganjurannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan atau dugaan sementara yang belum diakui kebenarannya.
Jadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar terutama pada mata pelajaran Matematika.



BAB III
METODE PENELITIAN

1.      Observasi Awal
Kegiatan observasi awal bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul yaitu dengan mengidentifikasi anak-anak yang tingkat motivasi belajarnya rendah. Sehingga kemudian dapat ditentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2.      Rencana Tindakan
Rencana tindakan direncanakan dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan, sehingga dalam dua siklus aka nada empat kali pertemuan. Tahap pelaksanaan tindakan dalam tiap siklus akan meliputi empat kegiatan pokok yaitu:
a.       Rencana tindakan
b.      Pelaksanaan tindakan
c.       Observasi/evaluasi tindakan
d.      Refleksi

3.      Pelaksanaan Tindakan
a.       Perencanaan
Dalam perencanaan ini hal-hal yang dilakukan adalah :
1)      Permohonan ijin penelitian yang diajukan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tegalalang dengan membawa surat pengantar dari rector IKIP PGRI BALI.
2)       Mengidentifikasi siswa yang memiliki penyesuaian diri rendah.
3)       Menyusun materi bimbingan.
4)       Membuat RPBK yang dipergunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran.
5)      Menyusun pedoman observasi untuk memantau pelaksanaan.

b.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan penelitian merupakan tindakan lanjutan dari perencanaan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menerapkan rencana kerja yang telah disusun yaitu:
1)      Menginformasikan rencana kegiatan kepada siswa.
2)      Memberikan uraian singkat tentang materi penyesuaian diri.
3)      Pembentukan kelompok belajar siswa.
4)       Melaksanakan pembelajaran dengan teknik diskusi kelompok sesuai dengan rencana   pembelajaran.
5)      Membimbing siswa mengadakan diskusi kelompok masing-masing untuk memecahkan masalah yang diberikan.
6)      Mencatat hasil diskusi dan kelemahan-kelemahan agar dapat dibuat rencana yang lebih baik pada putaran berikutnya.
7)       Memantau jalannya diskusi kelompok dengan lembaran observasi.

c.       Observasi/evaluasi tindakan
Observasi dilakukan selama proses bimbingan konseling berlangsung untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan yang telah direncanakan apakah sudah dapat berjalan dengan efektif atau belum dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan berlangsung. Untuk itu akan dipersiapkan pedoman untuk observasi.
Hasil dari pelaksanaan dalam bentuk pengamatan lapangan ini kemudian akan diadakan evaluasi dengan membandingkan kemampuan menyesuaikan diri dengan anggota kelompoknya dalam mengikuti diskusi kelompok sebelum dan sesudah tindakan.

d.      Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pemantauan dan evaluasi dalam usaha melihat hambatan-hambatan yang terjadi. Dari proses refleksi dapat diperoleh hasil tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan dan merencanakan tindakan berikutnya.
Untuk dapat mengukur tingkat keberasilan siswa dalam memahami konsep materi bimbingan ,maka akan dilakukan pengamatan terhadap penyesuaian diri siswa.